Archive for October, 2010

Gunung meletus dan Al-Qur’an

Posted: October 31, 2010 in Uncategorized

Masih segar dalam ingatan kita tentang meletusnya kembali gunung merapi di Jogjakarta. Dan bahkan sampai saat ini gunung merapi masih memuntahkan awan panasnya. Astaghfirullah…korban yang berjatuhan pun tak sedikit jumlahnya. Ditambah lagi kisah mbah maridjan yang turut menjadi korban awan panas tersebut. Tercatat sekitar 30-an jumlah korban Merapi di Kinahrejo, termasuk editor senior VIVAnews.com Yuniawan Wahyu Nugroho dan relawan PMI Sleman.

Penulis tidak akan membahas kisah mbah Maridjan ataupun kematiannya. Hal yang penulis sempat terpikir akan kejadian gunung merapi meletus ini adalah AlQur’an. Penulis teringat untaian kalimat yang pernah di dengar bahwa jika sekiranya AlQur’an diturunkan kepada gunung maka gunung tersebut tak sanggup memikul amanah tersebut, dan AlQur’an pun diamanahkan pada yang namanya manusia, makhluk Alloh yang sempurna bahkan setan pun disuruh bersujud pada nabi Adam walau akhirnya membangkangnya dan masuklah setan kedalam neraka.

Ya Alloh ya Rabbi…penulis membayangkan kejadian di Jogjakarta, ya Alloh…gunung itu baru “batuk” belum meletus apalagi terpecah belah. Begitu mulianya AlQur’an bahkan saking mulianya, gunung pun tak sanggup dengan amanah tersebut. Subhanalloh…sungguh beruntung yang namanya manusia, diberi amanah AlQur’an ini… Ternyata penulis tak sengaja temukan, untaian kalimat tersebut berasal dari AlQur’an. Ada dalam AlQur’an surat Al Hasyr ayat 21.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir .

Teringat perkataan seorang ustadzah, AlQur’an merupakan kitab suci yang paling mulia maka sudah seharusnya lah manusia yang membacanya harus memakai adab-adab dalam membaca AlQur’an, jangan disamakan seperti membaca koran, majalah dan buku-buku lainnya yang kadang bisa dibaca sambil tiduran atau makan cemilan.

Membaca AlQur’an dalam keadaan sempurna, suci dari najis dan duduk dengan sopan dan tenang. Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya Al-Qur’an itu akan menjadi syafa’at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya).” (HR. Muslim). Subhanalloh…sungguh sangat luar biasa, maka sudah sepantasnyalah kita manusia yang diberi amanah ini berusaha dengan sungguh-sungguh mentadabburi AlQur’an, setahap demi setahap. Jika belum bisa membaca AlQur’an belajarlah, jika belum lancar perbanyaklah membaca AlQur’an, bukankah kebiasaan baik itu memang harus dibiasakan. Sebagaimana sabda Nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). AlQur’an memberi petunjuk kepada umat manusia dalam menempuh perjalanan hidupnya.

Seperti yang saya kutip dalam buku bersama kereta dakwah dinyatakan bahwa ada tiga pilar perjalanan agar manusia selamat dalam hidupnya dunia dan akhirat, salah satunya adalah memiliki pedoman atau petunjuk atau peta perjalanan itu yaitu AlQur’an dan Sunnah Rasulullah…subhanalloh…

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya Al-Qur’an itu akan menjadi syafa’at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya).” (HR. Muslim).

Saltum? Apaan tuh… itu istilah keren temen-temen kantor saja kalau ada yang salah pake kostum kerja. Saltum sama dengan salah kostum. Sebenarnya kalau di kantor saya sendiri menggunakan seragam bukanlah hal yang wajib, walau disediakan juga seragam yang khusus dipakai di hari senin. Namun ada satu hari lain yang menjadi kebiasaan umum yaitu ketika hari Jum’at menjelang, secara otomatis akan mudah sekali menemukan para pekerja yang menggunakan batik, layaknya seragam umum, dan termasuk kategori cinta produk dalam negeri juga, hehehe…

Seperti yang terjadi pada hari ini, entah apa yang sedang saya pikirkan tapi saya merasa hari ini adalah hari Jum’at (padahal jelas-jelas di kalender terpampang hari kamis). Jadi pas lah saya memakai batik selain maksud hati memakai batik juga untuk menyenangkan sekaligus menghargai Bapak yang sudah membelikan baju batik ini. Alhasil di kantor banyak yang menanyakan alasan pemakaian kostum batik saya ini, padahal sepertinya mereka menyindir. Tinggallah saya yang tersenyum senyum sendiri dengan kondisi ini. Saltum euy…

Dari kondisi saltum ini saya jadi tergelitik sendiri. Alhamdulillah saya masih saltum di dunia dan masih banyak orang baik yang mengingatkan. Saya jadi berpikir, bagaimana kalau saltum ini terjadi di akhirat. Disaat tiap insan beriman berjejer rapi menggunakan kostum takwa nya menghadap Sang Maha Tinggi, ada insan lain yang saltum ikut berjejer rapi di barisan orang-orang beriman tadi, bukan baju ketakwaan yang dia pakai akan tetapi baju kesombongan, baju keserakahan, dan baju kemunafikan. Astaghfirullahaladzim… Tentu saja dia akan langsung dikeluarkan dari barisan tadi dan ditempatkan di barisan insan lain yang  menggunakan baju yang sama dengannya. Dan disaat itulah tidak ada lagi orang yang mengingatkan selain malaikat penjaga pintu neraka yang dengan garangnya menggiringnya agar ikut dalam barisan insan yang sama dengannya. Astaghfirullahaldzim…

Agar tidak saltum di akhirat maka kita harus menyiapkan perbekalan yang banyak dan benar ketika di dunia.

“Sungguh mengherankan seorang musafir yang pasti meninggal dunia sementara ia tidak berbekal untuk perjalanannya. Juga orang musafir yang kebingungan, namun ia tidak menyiapkan kendaraannya dalam perjalanannya. Mengherankan pula orang yang berpindah ke kuburnya tetapi tidak bersiap-siap untuk perpindahannya…” (Dr. Adil Abdullah dalam buku Bersama Kereta Dakwah)

Sebuah perbekalan yang akan menentukan apakah kita akan sampai pada titik tujuan. Sebuah perbekalan yang berisi kostum kostum ketakwaan terbaik yang akan kita persembahkan untuk Alloh Yang Maha Menciptakan.

“……….Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqoroh:197).

“Perbuatan apapun yang bermanfaat setelah kematianmu, segeralah memanfaatkan hari-hari sehatmu dengan amal shalih. Karena penyakit itu datang tiba-tiba dan menghalangimu dari beramal. Dikhawatirkan orang yang lalai dalam hal ini, akhirnya sampai ke akhirat tanpa bekal (Ibnu Hajar Rahimahullah)